Kamis, 20 Januari 2011

My Sircuit Love (mada owaru, chapter I)


My sircut love
Hmm…….. jDarrrrrrrrrrrr,,… “waowwwww” teriak Gia dan Cheva mendengaar glegar halilintar petang itu. Sedangkan aku menggenggam erat tangan kak Janu saat itu, sambaran kilat membuatku enggan membuka mata. Tenggelamnya matahari membawa kami berempat dalam kegelapan malam, terdampar di jalanan tepi pantai. Lontong kerang yang kami santap saat itu juga ludes, lampu kedai mati dan sunyi pengunjung. Tinggal kami yang semula hanya berniat makan dan hendak naik getek mengelilingi pantai mentari. Sukseslah niat Gia dan Cheva untuk melihat aku dan kak Janu sebagai pasangan baru. Semula kami hanya PDKT dan tak sedekat ini, tapi karena cuaca malam itu, aku luluh dipelukan itu. Dinginnya malam membuat sifat manjaku muncul. Bersandar dibahu Kak Janu dan menggenggam erat tagannya. Sambil menunggu hujan reda obrolan hangat tercipta saat itu. Tanpa ku sadari Cheva menyorotkan kamera ponselnya ke arah kami. Entah hendak berniat apalagi mereka.  “Woei, ngapain lu”, tegorku kepada cheva.
“Lanjutin aj Sonj, anggep aj kita-kita nih ngontrak,, hehehehe, lumayan juga nih gambar kalo disebar di kampus”, jawab Cheva.
“ Rese’ lu”.
                 Sambil menunggu hujan reda kami ber-empat bercanda, menghangatkan suasana malam itu. Dan tentunya tangan kak Janu yang setia menggengamku  dari balik meja. Lama berselang hujan pun tak reda, tapi lumayanlah better. Cheva dan Gia beragkat pulang duluan, sedangkan aku masih menunggu kak Janu memakai jas hujan. “ Ayo’ naek Sonj”,ajak kak Janu.
Aku terperanga saat itu dan berkata “ Tapi aku gimana kak, kan hujan”.
“Nih pakai jaketku aja”, sambil memberikan jaketnya.
Astaga, apapula ini. Baru kali ini ada cowok yang ngakunya sayang ma aku, tapi kenyataanya seperti ini. Padahal kami baru saja hendak melebihi taraf PDKT. Paling tidak, celana jas hujannya biar aku yang pakai. Kalau hanya jaketkan sama aja bohong. Selama diperjalanan aku berusaha menyembunyikan kekecewaanku, dan entah mengapa saat itu bayangan setan (mantan ku) hadir membayangi. Dulu setetes airpun tak dia biarkan menyentuh kulitku, setan lebih memilih dia yang kehujanan daripada aku. Ya Tuhan inikah makhluk  pengganti yang kau kirim untukku. Hmm, aku hanya berusaha menghibur suasana hatiku saat itu, walaupun tanpa sengaja air mataku menetes karena aku masih belum bisa melupakan bayangan itu, perhatian itu, kasih sayang dan  perlindungan masa lalu. Tetapi, sedikit demi sedikit aku mulai bisa membaca logika kak Janu, Dia memakai jas hujan di balik supaya aku tak kehujanan juga. Ya walaupun celana ini tetep basah jadinya. Aku berusaha menepis pikiran burukku saat itu, mungkin kak Janu butuh proses untuk mengerti semua itu, akibat logika yang dia tonjolkan. Rasa yang semula mulai luluh, dalam sekejap membeku lagi.
Saat sampai di tempat penitipan motorku, segera ambil motorku. Kak Janu memandangku dan berkata “Hati- Hati Sonj, kalau dah sampai rumah kasih kabar yah”. Senyumku merekah saat itu, paling tidak satu kata itu sedikit membalut kekecewaanku. Jalanan kota penuh genangan air,, seakan- akan seluruh kota menjadi sungai musiman saat itu. Laju motorku kencang menerobos air yang menghadang. Sambil memikirkan, keputusan apa yang pantas kuberi untuk kak Janu. 
Waduh genangan yang ini benar- benar ekstrim, dengan yakin kuterobos. Duk,, duk,.. duk,. Duk,, suara mesin motorku yang suda manula mendadak berhenti. Huft.. apalagi ini, hujan  semakin deras lagi. Selama beberapa menit ku berusaha mengegas motor, tapi apa daya. Akhirnya kuputuskan untuk mendorongnya hingga ujung jalan. Siapa tau disana ada bengkel. Sejengkal demi sejengkal ku dorong si motor butut ini. Benar- benar menyusahkan, laper lagi. Lengkaplah sudah penderitaanku, sebenarnya ini daerah rumah Gia. Tapi aku sudah terlalu banyak merepotkannya. Sesampainya di ujung jalan, aku berjalan mencari bengkel dan meninggalkan motorku sejenak. Hingga kutemui gerombolan pemuda yang entah sedang apa, . “Permisi, mas tau bengkel di sekitar sini itu dimana yah?”.
“Wah susah mbak kalau malam begini biasanya memang sudah tutup semua”, jawab salah satu pemuda berbaju putih itu.
“Jah terus gimana dunk motor aku”.
Pemuda berbaju putih itu menyuruh salah satu temannya yang memakai jas hujan untuk memperbaiki motorku.
“ Hmmm,, aku gak ngarti kalau masalah motor mogok gitu bro”, jawab pemuda itu kepada temannya.
Tapi tiba- tiba sosok tinggi ber T-shirt hitam dengan celana cargo plus gelang hitam yang melingkar ditangannya mendekati motorku dan mencoba menghidupkan gas motorku. Waw,, mataku tertegun memandangnya.
“Iso’  ta Bro”, Tanya salah satu temannya.
“Wis jangan banyak bicara, sini payungin gue aja lo”, sambil mengutak atik motorku.
“ Hm mungkin di coba gas lagi bisa kali mas”, kataku.
“Bukannya gitu mbak, masalahnya ini gas motornya nyangkut. Sabar  yah”, kata berperawakan tinggi dan manis itu.
Dia dan salah satu temannya mengutak ati motorku sambil bercanda dengan teman- teman lainnya. Sedangkan aku hanya diam dan kedinginan berdiri di depan motor.
“ Woey,, kalo mayungin gue yang bener donk, kayak di sirkuit gitu lo ..rambut abis nyalon nih,, basah lagi kan”, celetuk cowok berperawakan tnggi itu.
Waduw ni cowok bener- bener centil, sampe’ segitunya rambut gak mau ketetesan air sama sekali, la aku basah kuyup gini gimana. Dasar cowok metrosexual.  Biarinlah yang penting motor aku gak mogok lagi. Tapi tuh cowok bener- bener rewel berkali- kali bilang gitu ke teman- temannya. Hmm jadi gak sabaran dengerin celotehannya.
“Sini mas biar aku yang mayungin”, tawarku.
“ Wah, gitu dunk mbak,, hehe, bener- bener serasa di sirkuit kalo gue di payungin cewek kayak kamu”, jawab cowok itu.
Huft,, dasar nih cowok rese’ juga ih. Mana lumayan lama lagi bawa payungnya, kan pegel jadinya. Beberapa saat kemudian
 “ Sudah nih mas mayunginnya”, tanyaku.
Sambil tersenyum cowok itu menjawab “ Hehehe, siip dah, ntar mbak yah, gue test drive dulu motornya, kalo’ nti motornya gak balik,, rumah saya ada di depan situ mbak”, kata cowok itu.
Hmmm, .. makin nyebelin aja nih orang. Gak tau aku lagi sekarat berat apa. Sambil nunguin cowok penolong rese’ ntu, aku ngobrol- ngobrol sama temannya yang lain.
“Oii mbak sini”, panggil cowok itu.
Wih, jauh bener  tuh cowok ngasih motornya
“Jauh bener sih mas, gimana sudah berez”.
“Siip mbak, mesinnya kayak GP Pro. Hmm maaf kejauhan yah ngasih motornya??”
“ Gak papa kok mas, malah aku yang harusnya minta maaf dah ngepotin”.
“Gak papa, soalnya kalau gue kasih ni motor deket temen-temen, nanti mereka pasti minta nomor ponsel mbak”, jawab cowok itu.
“Hmm, la emang kenapa mas”, tanyaku.
“ Mereka semua buaya’”,celetuknya.
“ Ah mas bisa aja, berarti kamu juga dunk, nih mas buat rokok”. Sambil ku berikan 10.000an ke cowok itu.
“ Waduh, gak usah mbak,, repot- repot amat, kalo gue ma beda, bukan buaya’ , tapi cicak”.
“Hehehe, bisa aja ah si mas”.
“ Ya udah mbak cepetan pulang mumpung terang, dijamin gak mogok lagi kok. Ati- ati yah”. Kata cowok itu.
“ Makasih ya mas”.
                   Wuehe… ternyata tuh orang bener- bener baek, cuman agak sableng aja. Hmm mana nih motor tambah manteb di pake’ lagi. Wuah bener- bener mengganggu pikiranku aja tuh orang. Perfect, dah cakep, manis, baek, lucu, cuman agak sableng aja, kerjaanya di sirkuit lagi,, walah pasti banyak godaannya.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
まだ おわった,.. alias g smpe' sgni aj ceritanya ,.. neXt ikutin teruzz yak lanjutan asmara Sonja dalam My Sircuit Love chapter II ^_^ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar